Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata Solo atau Jogja. Yang pasti menurut saya adalah ke khasan budaya masyarakatnya yang begitu kental namun semangat modernisasi dengan tidak melepaskan jati dirinya sebagai akar budaya jawa. Dua kota ini merupakan ciri khas yang bisa di bilang khiblat dari kebudayaan jawa pada khususnya.
Secara geografis kota ini juga memang berada di tengah pulau jawa, meskipun secara geografis tak lengkap jika tidak menyebut Kota Semarang disisi utara, yang tergabung dalam Joglosemar alias Jogja Solo dan Semarang, namun berbicara kebudayaan dan ke identikan, kita akan melihat Solo dan Jogja memiliki keunikan tersendiri lepas dari satu Kota saudaranya tersebut. Dua kota ini memang hampir memiliki banyak persamaan dari segi budaya dan adat istiadat, walau demikian diantara satu dan lainnya memiliki ciri khas sendiri-sendiri.
Jika petang telah tiba Anda akan di manjakan dengan kuliner malam yang tersebar di seantero sudut kota. Dari wedangan hik lingga lesehan nikmat bisa Anda temui, Coba saja menjelang magrib berada di alun-alun selatan kota solo, sudah cukup anda temukan suasana magis kedamaian disini sambil menikmati jajanan dari para pedagang keliling yang menggelar lesehan di pinggiran jalan yang melingkari alun-alun ini sambil menunggu bedug magrib.
Tapi bukan hanya disini, tempat seperti ini bisa Anda temui. Anda akan menemukan suasana yang begitu menghipnotis jika Anda mau keselatan memasuki kota Solo Baru tepatnya kawasan Pendowo Lima dengan angkringan yang begitu mengesankan, meskipun secara administatif bukan bagian dari wilayah kota Solo, Tapi kota penyangga Solo layaknya Palur (Karaang Anyar), Kartosuro, Solo Baru( Sukoharjo) dll bisa Anda nikmati keindahannya seperti satu bagian kesatuan menakjubkan kota ini. Dan yang pasti hampir setiap sisi Kota Solo memiliki tempat-tempat unik untuk sekedar kuliner atau nongkrok, berfoto ria.
Soal lalu lintas kota solo ini masih begitu ramah buat pengendara. Kemacetan tak terlihat seperti ruwetnya lalu lintas kota besar pada umumnya. Dan jangan kaget, ketertiban lalu lintas di kota ini patut mendapatkan acungan jempol. Teman saya sampai terheran-heran ketika jalan yang luas dan lengang ini para pengguna jalan begitu santai dan tak ada yang saling kebut. Dan pastinya lampu kuning menyala mereka besiap berhenti dengan rapi bukan menarik gas layaknya kita yang males kalo harus menunggu terkena lampu merah.
Sambutan hangat masyarakat dan rasa empati pada pendatang yang begitu besar. Tak ada kesan kesombongan di kota ini dan filosofi tamu adalah raja begitu melekat. Bagi mereka hadirnya orang asing adalah berkah dan bukan sebagai bahan curigaan. Menikmati kota yang sungguh ekstrim cuacanya (Siang sedikit panas dan malam Dingin) ini sangatlah menyenangkan. Menikmati kuliner dan keberadan perputaran ekonomi masyarakat yang masih menjunjung tradisionalitas membawa kita begitu damai dan tenteram disini. Masyarakat hidup seolah tanpa tuntutan duniawi. Budaya lebih di kedepankan bersanding dengan modernisasi masyarakat sini.
Kita tinggalkan solo kita ke selatan ke kota Yogyakarta, atau lebih lebih sering di sebut Jogja. Di kota budaya dengan sejuta keindahan ini tak kalah menarik untuk di kunjungi. Kota ini hampir memiliki kemiripan dengan kota Solo. Hanya saja karena yogya adalah ibukota provinsi tentunya kepadatan lalulintasnya akan lebih terasa. Kota ini juga imut-imut dan wilayahnya tak begitu luas. Namun suasananya begitu mengagumkan.
Kuliner Jogja lebih terasa kental dengan malioboronya. Selain kuliner belanja di petang hingga malam hari, dengan sesekali bersenggolan lengan denga para pembeli lainnya ,di spanjang trotoar malioboro adalah keasikan tersendiri. Orang jogja memang kreatifnya tinggi, berbagai kerajinan seni bisa kita dapatkan disini dengan harga murah tentunya. Atraksi budaya juga bisa kita nikmati disini. Mendengarkan alunan musik jalanan, sambil santai ria di warung lesehan yang berjajar, memberikan pengalaman berbeda. Jogja memang begitu cantik di malam hari. Geliat budaya begitu terasa di kota ini. Sambutan hangat penduduk jogja begitu hangat. Yang jelas kota ini selalu meninggalkan kerinduan.
Ribuan spot wisata bisa kita temukan di jogja, Suka sejarah, Pantai atau yang berbau alam ada. Cobalah ke Gunung Kidul. Temukan Puluhan pantai yang indah yang masih terasa keperawanannya. Saya rasa bukan hanya parang tritis yang pantainya mengagumkan. Ombak yang besar memang menjadi ciri khas sepanjang pantai kawasan jogja. Tapi diantara keperkasaan ombak pantai, temukan sebuah anugerah Ilahi akan sebuah lukisan alam yang begitu indah.
Suka sejarah kunjungi candi Prambanan, atau ke Candi Borobudur di Magelang. Kita akan temukan sebuah bangunan menakjubkan yang sungguh sulit di pahami bagaimana di masa dahulu kala manusia dengan keterbatasan teknologi mampu membangun bangunan yang begitu rumit tersebut. Jika suka dengan alam? Silahkan kunjungi saja kali urang di utara Jogja, di lereng gunung Merapi. Kesejukan akan terasa kental dengan keindahan khas gunung Merapi.
Jogja adalah surganya Mahasiswa. Hampir di setiap sudut kota kita akan temukan institusi akademi. Jogja memang tujuan kuliah termasyur di Indonesia. Banyak mahasiswa disini adalah pendatang dari seantero nusantara bahkan dunia. Jangan heran jika banyak kita temukan sekelompok mahasiswa berkumpul nongkrong bareng di setiap sudut kota. Sambil menikmati kuliner murah ala mahasiswa. Mereka berbaur dengan warga.
Bukan hal aneh makanya kaum intelek dengan warga berbicara dari kebutuhan dapur hingga tehnologi modern mereka bicarakan. Namun yang pasti sama halnya solo, Budaya di jogja tetap menjadi cirikas kota ini, seperti lepas dari gempuran budaya asing yang di bawa para intelektual dari luar daerah. Mereka bisa saling menghargai dan justru saling membangun yang menjadikan jogja begitu unik begitu istimewa.
Leave a reply