• Menu
  • Menu

Wisata dari Pesisir Makassar Menuju Toraja Hingga ke Kawasan Pegunungan Verbeck

Ketika sedang berada dirantau, pulang kembali ke kampung halaman merupakan suatu keinginan yang selalu besar, rindu untuk membiarkan diri diterpa anging mammiri sepoi sepoi, rindu dengan sungai dan air terjung pegunungan yang menyejukkan. Apa yang saya lihat di padang Arabia ataukah beberapa tempat di Indonesia dalam pandangan saya tak ada yang selengkap apa yang ada di Sulawesi Selatan. Dari kondisi alam yang masih asri, rimbun pepohonan pada pegunungan, sebut saja beberapa diantaranya Malino dan Toraja, hingga nyiur yang selalu melambai diatas pasir putih dan juga hitam.

Sebagai seorang putra sulawesi selatan yang lahir dibagian paling utara provinsi ini yaitu di kabupaten Luwu timur, kemudian melanjutkan studi SMA dibagian selatan hingga menyelesaikan kuliah dan bekerja beberapa tahun di kota makassar, dengan banyaknya perjalanan pulang ke Kampung pada setiap liburan dan acara keluarga menjadi paham betul betapa besar potensi wisata yang dimiliki oleh sulawesi selatan, sehingga ada baiknya saya menghidangkan reportase awal saya tentang rute yang menarik untuk dijelajahi dalam satu jalur jalan provinsi dari selatan ke utara dan kembali lagi dari Utara keselatan dan akan memulai perjalanan  dari Kota Makassar sampai ke desa Soroako, kemudian balik lagi ke kota Makassara. karena ini adalah jalan pulang ke Kampung maka sangat baik jika kita beri judul saja “Dari Makassar ke Soroako”. 

Dengan kondisi alam yang landai dan sebagian besar perbukitan hijau membuatnya asri dan uniq disetiap daerahnya, memberikan kesempatan budaya masyarakat bertumbuh dan tercipta menjadi indah bersesuaian dengan kondisi alamnya.

Aneka macam keindahan alam sulawesi selatan terbentuk karena proses geology yang kompleks mulai dari pesisir Bahari yang terbentuk akibat proses sedimentasi dari laut lepas yang membuatnya berpasir putih terutama pada pulau pulau kecil di sepanang pesisir luar sulawesi selatan dan pantai alam yang berpasir kecoklatan yang terbantuk dari akumulasi sedimentasi dari daratan seperti kita lihat kondisi pantai yang ada di Akarena. Alam pegunungan, hingga Kuliner merupakan suatu kekayaan yang luar biasa unik dan khas yang punya kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan berbagai daerah wisata dunia yang lainnya.

Makassar, the starting point.

Jika keletihan sehabis naik pesawat atau kapal laut, bisa beristirahat sejenak di penginapan dan jangan lupa untuk keluar pada malam hari, jalan jalan menikmati suasana malam di Anjungan Pantai Losari.

Setibanya di Makassar jika kita ingin menikmati kota Makassar dari pagi hingga pagi, maka carilah hotel atau penginapan yang terletak di dekat Pantai losari. Di Pantai ini ada beberapa spot yang menarik untuk dikunjungi.

Selalu saja jika waktu cuti telah tiba saya akan mengajak adik adik Rany, Resti, Gita, Ria, Alya dan beberapa sepupu yang lain untuk mengunjungi daerah bersejarah di kawasan pantai Losari, disamping untuk lebih membuat mereka melek akan sejarah kota mereka sendiri juga untuk sekedar menikmati udara Kota Makassar di pagi, sore dan Malam hari.

Daftar Isi

Wisata pesisir dan bahari di Makassar

Orang bugis makassar diseluruh indonesia bahkan dunia terkenal sebagai pelaut pelaut yang ulung, namun bukan hanya pelautnya yang ulung Wisata bahari di Sulawesi selatan juga unggul ditandai dengan banyaknya pulau pulau kecil maupun besar yang sangat menarik untuk dikunjungi. Diseberang sana terlihat pulau kecil Lae lae merupakan pulau terdekat dari pantai Losari, ada beberapa pulau menarik lainnya disana seperti Pulau Kayangan, Samalona, Barang lompo, Barang caddi, Kodingareng dan kodingareng keke, serta banyak lagi pulau pulau kecil terluar yang ada disekitar Makassar hingga ke Pangkajene Kepulauan.

Pada pesisir Makassar Tanjung bunga atau Akarena adalah tempat yang paling sering dikunjungi oleh orang Makassar sendiri, biasanya untuk mengambil gambar sunset di sore hari ataukah sekedar menikmati suasana angin pantai. Banyak juga pasangan muda mudi pada sore hari ditempat ini. Namun ada batasan berkunjung ketempat ini, pada jam 1o malam akan ada peringatan jika daerah wisata akan ditutup.

Wisata Sejarah Kota Makassar

Salah satu peninggalan bersejarah yang berada di dalam Kota Makassar dan paling mudah dijangkau dari jantung kota adalah benteng,  yaitu Fort Rotterdam atau benteng ujungpandang dan benteng Somba Opu.  Benteng Rotterdam atau benteng ujungpandang ini mulanya dibangun pada Tahun 1445 pada masa pemerintahan Raja Gowa ke sepuluh yang bergelar “Karaeng Tuni Pallangga Ulaweng”, kemudian pada tahun 1634 tembok benteng ditata kembali atas perintah Raja Gowa ke XVI “I Mangeran Daeng Manrabia Sultan Alauddin” setelah perjanjian Bongayya 18 November 1667, Benteng pertahanan itu jatuh ke tangan Belanda dan sejak itu Benteng Ujung Pandang berubag nama menjadi Fort Roterdam. Sedangkan benteng Somba Opu merupakan saksi sejarah kegigihan Sultan Hasanuddin serta rakyatnya mempertahankan kedaulatan tanah Makassar, dimana benteng ini dikatakan sebagai benteng terkuat di nusantara pada masa itu menurut seorang ilmuwan pengelana “Alfred Wallace”.

Kedua saksi sejarah tersebut saat ini dijadikan sebagai museum sejarah kota makassar dan sulawesi selatan.

Jika ingin melihat berbagai rumah adat suku suku yang ada di Sulawesi Selatan maka sebaiknya menyempatkan diri ke Benteng Somba Opu yang terletak dibagian selatan kota Makassar ± 7 km dari pusat kota, dan jika ingin melihat  sejarah perjuangan, baju baju adat dan budaya makassar dan sekitarnya, maka sempatkanlah untuk mampir ke Benteng Ujungpandang atau Fort Rotterdam yang berada di Pantai Losari. Tak perlu waktu yang lama untuk menjangkau keduanya, sebab letaknya masih didalam wilayah Makassar.

Wisata Alam Pegunungan

Wisata alam terdekat dari Makassar selain wisata Bahari terdapat juga wisata alam pegunungan seperti wisata air terjun Bantimurung di Maros, mata air Eremerasa dan Loka di Bantaeng, Alam pegunungan Malino di Gowa, dan masih banyak lagi yang lainnya. Pada tulisan kali ini saya akan memberikan reportase perjalanan bersama keluarga dari Makassar ke Tana Toraja hingga ke Soroako yang merupakan jalur menuju utara Propinsi Sulawesi Selatan.

Tana Toraja

Pada Pertengahan tahun lalu, kami merencanakan melakukan perjalanan menyusuri jalur wisata menuju Tana Toraja hingga ke Kampung halaman malili-soroako. Dari Makassar ke Tana Toraja dapat ditempuh dengan 8 sampai 9 jam perjalanan dengan menggunakan mobil, dengan jarak tempuh 310 km.

Kami berangkat dari makassar menuju Tana Toraja pada malam hari dengan mengendarai Avanza hitam ber-enam kami memulai perjalanan. Pada 4-5 jam perjalanan  adzan subuh berkumandang, kamipun mencari tempat persinggahan untuk sholat dan beristirahat. Jalanan menanjak pada subuh hari itu kami singgah pada warung yang berada tepat berhadapan dengan bukit Kabobong atau biasa disebut Buttu Kabobong yang teletak di Kabupaten Enrekang. Pegungungan ini biasa disebut juga sebagai gunung Nona karena bentuknya yang unik, dalam bahasa inggris banyak menyebutnya sebagai the Erotic Mountain. Kami sholat subuh di warung tersebut kemudian beristirahat Sampai pagi menjelang siang, memberi waktu untuk Pak Bidin sopir kami beristirahat agar bisa segar kembali membawa mobil di pagi harinya, dan merupakan saat yang tepat bagi kami untuk menikmati sejuk udara pegunungan sambil menikmati salak khas Enrekang yang manis itu. Salak salak ini sebagian besar dibawa dari kecamatan Baraka, saya ingat beberapa tahun yang lalu ke Baraka pada saat menghadiri pesta pernikahan seorang sahabat dan membawa pulang banyak oleh oleh salak. Kami membelinya beberapa Kantong dan memasukkannya ke Mobil.

Baca Juga:  Pilihan 7 Tempat Wisata Kota Bandung Untuk Liburan

Pagi harinya kamipun melanjukan perjalanan menuju Tana Toraja. Jarak dari Buttu Kabobong tidaklah terlalu jauh dari Tana Toraja.

Tana Toraja, Tanah surga para raja.

Tiba di Toraja pada pagi hari menjelang siang, singgah di sebuah rumah makan di kota Toraja dan menghubungi seorang sahabat sealmamater di Kampus Unhas yang merupakan keturunan asli Tana Toraja. Dia datang, kamipun bercengkerama sambil makan siang dan dia menunjukkan lokasi-lokasi yang menarik untuk di kunjungi, setelah itu kamipun berpisah. Suatu kesempatan yang langka juga saya bisa reuni dengan beliau, hanya karena keterbatasan waktu dan kesempatan karena kami datang dihari kerja walau banyak sahabat di Kota ini kami tak sempat bertemu dengan mereka semua.

Kami mulai melakukan eksplorasi di situs Wisata Londa kemudian menuju ke Ke’te Kesu yang merupakan daerah lumbung padi dengan rumah rumah adat Tongkonan yang mengelilinya.

Tana Toraja memiliki banyak kerajinan Tangan dengan ukirannya yang khas, mulai dari aksesoris kalung, gelang, cincin, tempat tissu, asbak, bingkai photo, parang toraja dan lain-lain. Kamipun membeli beberapa aksesoris dan saya juga membeli satu buah parang toraja yang terkenal tajam itu kebetulan sebelum berangkat bapak saya berpesan untuk membelikannya.

Kami beristirahat cukup lama di Pallawa yang merupakan salah satu situs wisata Rumah adat Tongkonan yang cukup menarik dan berada diantara pohon pohon bambu di Puncak bukit, lokasi wisata ini terletak sekitar 12 kilometer kearah utara dari Rante Pao.

Beberapa daerah wisata yang menarik untuk dikunjungi di Tana Toraja adalah sebagai berikut :

Buntu Kalando

Tongkonan/rumah tempat Puang Sangalla’ (Raja Sangalla’) berdiam. Sebagai tempat peristirahatan Puang Sangala’ dan juga merupakan Istana tempat mengelola pemerintahan kerajaan Sangalla’ pada waktu itu, Tongkonan Buntu Kalando bergelar “tando tananan langi’ lantangna Kaero tongkonan layuk”. saat ini Tongkonan Buntu Kalando dijadikan Museum Tempat meyimpan benda-benda prasejarah dan peninggalan kerajaan Sangalla’.

Pallawa

Tongkonan Pallawa adalah salah satu tongkonan atau rumah adat yang sangat menarik dan berada di antara pohon-pohon bambu di puncak bukit. Tongkonan tersebut didekorasi dengan sejumlah tanduk kerbau yang ditancapkan di bagian depan rumah adat. Terletak sekitar 12 km ke arah utara dari Rantepao.

Adalah bebatuan curam di sisi makam khas Tana Toraja. Salah satunya terletak di tempat yang tinggi dari bukit dengan gua yang dalam dimana peti-peti mayat diatur sesuai dengan garis keluarga, di satu sisi bukit lainya dibiarkan terbuka menghadap pemandangan hamparan hijau. Terletak sekitar 5 km ke arah selatan dari Rantepao.

Ke’te Kesu

Obyek yang mempesona di desa ini berupa Tongkonan, lumbung padi dan bangunan megalith di sekitarnya. Sekitar 100 meter di belakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan tebing dengan kuburan bergantung dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar. Tau-tau ini memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Perkampungan ini juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang dimiliki oleh penduduknya dan sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk berbelanja souvenir. Terletak sekitar 4 km dari tenggara Rantepao.

Batu Tumonga

Di kawasan ini anda dapat menemukan sekitar 56 batu menhir dalam satu lingkaran dengan 4 pohon di bagian tengah. Kebanyakan batu menhir memiliki ketinggian sekitar 2–3 meter. Dari tempat ini anda dapat melihat keindahan Rantepao dan lembah sekitarnya. Terletak di daerah Sesean dengan ketinggian 1300 meter dari permukaan laut.

Lemo

Tempat ini sering disebut sebagai rumah para arwah. Di pemakaman Lemo kita dapat melihat mayat yanng disimpan di udara terbuka, di tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti dengan melalui upacara Ma’ Nene.

Pada Malam hari setelah puas menjelajahi Tana Toraja, Kamipun melanjutkan perjalanan ke Tanah Luwu menuju persinggahan berikutnya.

Malili ke Soroako,

Semasa kecil dahulu di Soroako ketika liburan sekolah dasar telah tiba saya pasti selalu berbahagia, bagaimana tidak liburan berari pulang kampung, pulang kampung berarti saatnya mengikuti acara rutin ke laut yang biasa disebut sebagai Bulo Puloe dan Pulau Balantang. Paginya ketika tiba di Malili kami berencana untuk travelling menuju Wasuponda dan Soroako, titik terakhir yang merupakan titik balik perjalanan kami kembali ke Makassar.

Matabuntu

Memasuki wilayah ini jalannya tak sebesar jalan raya namun tidak juga sesempit jalan tikus. Dapat ditempuh 15 menit dari kota kecamatan Wasuponda yang berjarak kurang lebih 10 km, Dari sorowako sekitar 25-30 menit, berangkat dari Malili dapat ditempuh selama kurang lebih sejam perjalanan. Jika kita memulai perjalanan dari Makassar ibukota provinsi Sulawesi Selatan menuju malili dengan bus dapat di tempuh dengan perjalanan malam selama 12 jam.

Bersama rombongan dari Malili kami mengendarai motor menuju ke lokasi, kami berenam jadi ada tiga motor berboncengan, ditengah perjalanan singgah dulu di warung dekat bendungan Balambano yang besar itu. Mengaso sebentar, Cappucino kaleng berwarna coklat didalam kulkas yang kelihatan melalui kaca transparan itu cukup menggoda untuk melepas dahaga disiang hari, duduk menikmati angin sepoi-sepoi sambil mencicipi kripik yang sengaja diletakkan diatas meja.

Menurut informasi awal jalannya agak kecil dan agak sulit jika ditempuh dengan menggunakan mobil, maka kami memutuskan menggunakan motor saja. Sesampainya di Matabuntu ternyata jalanan sudah lebar dan pengerasan sementara dilakukan, terlihat satu bulldozer sementara mengerjakan tugasnya di sepanjang jalan menuju air terjun. Bersyukur kami datang ketempat ini jalan sudah bagus sehingga lumayan nyaman dilalui dan tak ada goncangan yang berarti.

Dahulu jika menuju ke Matabuntu kendaraan hanya bisa parkir didepan rumah warga dan harus jalan kaki melewati sawah dan sungai, tetapi ketika kami datang ketempat itu jalan sudah diperlebar.

Gemuruh air terjun terdengar  ketika kendaraan kami memasuki desa setempat, tampak pematang sawah dengan padi yang baru tumbuh terbentang. Takjub melihat pemandangan sekeliling hijau diantara bebukitan dan lembah, padang ilalang, hamparan padi yang dibelah oleh jalan pengerasan yang berkerikil. Karena asyiknya menikmati suasana membuat kami tak sempat mengabadikan panorama yang hijau membentang di sepanjang jalan. Hangatnya siang itu menjadi sedikit dingin diterpa embun dan udara yang berasal dari percikan air terjun Matabuntu.

Baca Juga:  Wisata Itu? Bukan Sekedar Bersenang-Senang

Setibanya disana, tampak sunyi dan tak ada rombongan pengunjung sama sekali. Hanya kami saja yang datang hari itu. Mungkin karena bukan hari libur pikirku.

Sejuk, ketika memasuki areal matabuntu tengah hari siang yang panas itu tiba-tiba tak terasa yang ada hanya diliputi hawa segar yang dingin dengan pepohonan hutan tropis yang rindang. Di pondok pertama kami melepas lelah setelah mendaki anak-anak tangga buatan di sebelah kiri Matabuntu. Ada tiga pondok disana dan kami menyinggahi ketiganya.

Belum pernah saya menghitung secara pasti berapa jumlah undakan alami ini, namun menurut salah satu sumber berjumlah 33 undakan. Kupu-kupu dan tumbuhan anggrek juga bisa ditemui disini.

Entah bagaimana asal muasal daerah ini dinamakan Matabuntu. Menurut penduduk lokal nama ini berasal dari salah satu bahasa daerah di pulau Sulawesi, dimana mata berarti; pandangan, penglihatan. Buntu : bukit atau gunung. Jadi mata buntu bisa berarti pandangan yang terhalang oleh gunung atau bisa juga berarti Mata yang dimiliki oleh gunung.  Satu yang unik ada beberapa undakan atau morfologi dari air terjun ini serupa mata mata yang besar jika diperhatikan lebih seksama. Mungkin demikianlah sehingga air terjun ini dinamakan Matabuntu. Daerah wisata ini merupakan tempat Favorit sahabat saya Titin dan beberapa temannya (karyawan PT. Vale) melakukan aktivitas Hiking dan climbing.

Memasuki Soroako

Ketika sampai di Soroako dan melewati gerbang masuk Soroako yang yang di jaga oleh Sekuriti PT Vale Indonesia (dulu namanya PT. INCO), ada baiknya kita jalan jalan menuju pantai Ide. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, biasanya di pagi hari minggu saya bersama teman-teman berjalan menuju ke permandian itu. Selama perjalanan melalui soroako lama dimana banyak penduduk asli yang memiliki lahan pertanian dan masih bercocok tanam disana, suasana sekitar ini selalu kami nikmati.

Cuaca di Pantai IDE pagi itu masih bersahabat, terlihat beberapa orang sedang berenang dan menikmati penyelaman di Danau yang tawar itu. Kami berlarian dijembatan yang menjolok ke tengah danau Matano kemudian berlompatan pada ban ban yang telah mengapung disekitar jembatan itu. Menjelang sore baru kami beristirahat sejenak dan kembali ke Malili.

Perjalanan Pulang ke Makassar

Dari Kota Malili yang merupakan ibukota Kabupaten Luwu Timur, setelah bermalam sehari pada sore hari kamipun melanjutkan perjalanan pulang menuju kota Makassar, melewari Palopo, Pare pare dan Barru.

Pada perjalanan yang agak jauh melampaui Palopo, di disubuh yang dingin dan sejuk kami singgah untuk istirahat makan dan sholat pada sebuah rumah makan pesisir pantai di Barru, rumah makan tersebut terletak dipesisir pantai yang berbatasan dengan pare-pare.

Menikmati udara pagi, dengan angin semilir mengantarkan kami pada kenangan disepanjang jalan. Dan sekaligus menimbulkan keinginan untuk cepat berada di Makassar tempat kami akan beristirahat beberapa hari dan melanjutkan perjalanan lagi ke Malino.

Relax saat kembali di Makassar Kota Dunia

Setibanya di Makassar pada pagi menjelang siang, kami beristirahat dirumah dan berencana keluar lagi pada malam harinya untuk menikmati suasana Makassar.

Makassar bukan hanya surga bagi para pecinta masakan khas Indonesia, tetapi merupakan tempat paling mengasyikkan untuk menikmati suasana senja yang selalu ditemani oleh hembusan sepoi Angingmammiri. Ada banyak titik kenyamanan didalam kota makassar itu sendiri, sebut saja Tanjung Bunga yang biasa disebut sebagai Pantai Akarena, Balla I Rate dalam kawasan Hotel pantai Gapura, Kampung popsa terletak didepan kawasan Benteng Rotterdam, Anjungan pantai losari dan masih banyak lagi yang lainnya.

Suasana Pantai Losari memang mengasyikkan jika dinikmati di sore hari, bercengkerama bersama para sahabat. Pada meja disebelah kami terdapat dua kelompok warga makassar sedang asyik bercengkerama, mereka adalah sekawanan mahasiswa yang baru saja pulang dari kampus, dan pada meja yang lain agak jauh dari penulis merupakan kumpulan karyawan yang asyik berdiskusi melepaskan kepenantan dari aktifitas yang menguras energi dan fikiran di siang harinya. Kami semua bertemu ditempat ini yang merupakan salah satu dari banyak titik yang indah dari kota makassar.

Strategi Pengembangan Wisata

Promosi wisata dengan jargon “visit south sulawesi” lebih di intensifkan di dunia maya, terutama melalui website southsulawesitourism.com serta mencantumkan schedule upacara adat, pementasan kesenian dan yang banyak berhubungan dengan aktivitas yang berhubungan dengan semua jenis wisata. Biasanya turis asing atau domestik selalu mencari informasi melalui internet untuk rencana tur mereka.

Menggandeng komunitas blogger dan photographer bersama sama mempromosikan keindahan Sulawesi Selatan secara tulisan dan visual, hal ini untuk menarik turis domestik Asing. Untuk menarik turis Asing ke Sulawesi Selatan yang diperlukan adalah content media dalam dunia maya atau media online yang berbahasa Inggris. Sehingga diperlukan para penulis yang mampu membuat tulisan dalam bahasa Inggris. Kegiatan tersebut dapat kita beri nama sebagai “Travelling Photography” dan “Travelling Blogging”.

Kemudian setelah semua media promosi terpenuhi, maka pembangunan infrastruktur menuju ke tempat wisata, serta renovasi situs situs bersejarahsangat dibutuhkan sebagai satu tanda kesiapan kita menyambut para tamu yang datang dari jauh dan kita hargai itu datang ke rumah kita, dan mereka akan merasakan kenyamanan yang sama dengan apa yang kita promosikan.

Soft Skill tourism Management juga diperlukan disini untuk mengintegrasikan semua spot spot wisata seperti Diving Spot, Natural tourism Spot dan lain lain, hal ini bisa dibantu diintegrasikan juga dengan Sistem Informasi Geografis khusus untuk semua daerah wisata yang ada di Sulawesi Selatan. Yang hasil akhirnya nanti bisa berupa brosur wisata, pamflet dan terutama untuk turis mancanegara diperlukan website dalam bahasa Inggris yang interaktif yang mampu menjangkau mereka dan membuatnya tertarik untuk datang kerumah kita. Untuk kemampuan ini perlu juga bagi pelaku dan penentu kebijakan diberikan training oleh lembaga pemerintahan atau non pemerintahan yang kompeten untuk meningkatkan kemampuan managemen pada bidang Soft Skill Tourism.

Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan kesadaran kepada generasi muda dan seluruh lapisan masyarakat agar memperhatikan lingkungan sekitar dan menjaga Cagar budaya, bisa dengan cara memasang tanda tanda yang mudah dibaca ataukah regulasi yang ketat kepada segenap lapisan masyarakat agar memelihara lingkungan dan cagar budaya.

Terobosan pemerintah Sulsel dengan menggandeng pelaku media professional dan komunitas Blogger untuk menggali potensi Wisata terpendam dan yang sudah dikenal memberikan angin segar bagi pariwisata Sulsel untuk lebih dikenal luas dan mudah ditemukan dijagat maya. Semoga akan terus berlanjut..

 
Gungun Gunawan

Hallo Gungun Disini, Saya adalah Travel Blogger

View stories

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *