Info Papandayan – Sejak dulu Gunung Papandayan terkenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Maka dari itu sejak hingga sekarang Gunung Papandayan dijadikan tempat untuk penelitian. Gunung Papandayan ditetapkan sebagai Cagar alam pada tahun 1924. Dalam Buku belanda tercatat bahwa pada zaman dulu di gunung Papandayan masih bisa di jumpai hewan seperti banteng, rusa, kancil yang bisa dilihat ketika sedang merumput di tegal panjang.
Daftar Isi
Penjelasan Tentang Fauna
Sama halnya dengan Flora. Fauna juga diambil dari bahasa Latin yang berati atau alam hewan artinya adalah khazanah segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau periode tertentu. Istilah yang sejenis untuk tumbuhan adalah flora/nabatah. Nabatah, alam hewan dan bentuk kehidupan lain seperti fungi dalam suatu kesatuan disebut biota.
Fauna Gunung Papandayan
Dikawasan Pondok Saladah dapat kita temukan jejak yang ditinggalkan oleh satwa liar seperti macan tutul dan babi hutan, baik berupa jejak kaki maupun kotoran yang masih basah. Satwa liar yang terdapat adalah : Babi Hutan (Sus vitatus), Trenggiling (Manis javanica), Kijang (Muntiacus muntjak), Lutung (Trachypitecus auratus) dan beberapa jenis burung seperti : Walik (Treron griccipilla), Kutilang (Pycononotus aurigaste) dan lain-lain atau sudah. mengering.
Babi hutan atau Celeng (Sus scrofa Linnaeus)
Termasuk salah satu satwa yang ada di Gunung Papandayan. Babi hutan atau celeng memiliki ukuran tubuh yang beragam. Panjang tubuhnya berkisar mulai dari 105 cm hingga 240 cm. Berat babi hutan dewasa mencapai 66-272 kg. Babi betina cenderung lebih kecil dibanding jantan. Babi di Indonesia (supspesies Sus scrofa vittatus) umumnya berukuran lebih kecil, meskipun mampu memiliki tubuh sepanjang 150 meter dan dengan tinggi bahu antara 60-75 cm.
Trenggiling biasa (Manis javanica syn. Paramanis javanica)
Kadang juga dikenal sebagai anteater adalah salah satu hewan yang berada di Gunung Papandayan. Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap. Bentuk tubuhnya memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula mengebatkan ekornya, sehingga “sisik”nya dapat melukai kulit pengganggunya.
Kijang (Muntiacus muntjak)
Kijang atau muncak juga slah satu hewan yang terdapat di Gunung Papandayan. Kijang atau Muntiacus muntjak merupakan salah satu rusa asli Indonesia. Jenis rusa yang asli Indonesia ini, bersama anggota genus Muntiacus lainnya, dipercaya sebagai jenis rusa tertua. Kijang berasal dari Dunia Lama dan telah ada sejak 15 – 35 juta tahun yang silam.
Lutung (Trachypitecus auratus)
Lutung berbadan langsing dan berekor panjang. Warna bulu (rambut) tubuhnya berlainan tergantung spesiesnya, dari hitam dan kelabu, hingga kuning emas. Jika dibandingkan dengan kakinya, tangan lutung terbilang pendek, dengan telapak yang tidak berbulu. Ukuran lutung berkisar antara 40-80 cm, dengan berat 5-15 kg; pejantan berbadan lebih besar daripada betinanya. Tonjolan di atas matanya membedakan lutung dari saudara dekatnya, surili.
Walik (Treron griccipilla)
burung walik atau merpati hutan termasuk burung liar yang masih satu kerabat dengan burung merpati. Burung merpati hutan biasanya hidup berkoloni di dahan-dahan pohon tinggi didalam hutan yang lebat. Warna bulu hijau adalah warna bulu yang paling umum, jadi bisa ditemukan pada hampir semua jenis burung merpati hutan.
Kutilang (Pycononotus aurigaste)
Cucak Kutilang atau Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cangkurileung, orang Jawa menamainya ketilang atau genthilang, mengikuti bunyi suaranya yang khas. Dalam bahasa Inggris burung ini disebut Sooty-headed Bulbul, sementara nama ilmiahnya adalah Pycnonotus aurigaster; mengacu pada bulu-bulu di sekitar pantatnya yang berwarna jingga.
Leave a reply