Lembang menjadi satu tempat yang sayang untuk dilewatkan jika wisatawan berkunjung ke kota Bandung. Sudah banyak tempat wisata di Lembang yang dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi tempat tujuan bagi para wisatawan seperti, Gunung Tangkuban Perahu, Observatorium Bosccha, atau hanya sekedar berjalan-jalan dan berfoto di Kebun Teh. Tetapi keindahan Bandung tidak hanya ada pada di tempat itu saja, jika sedang pergi ke Lembang coba untuk pergi ke Gunung Batu Lembang yang letaknya tidak jauh dari Pasar Lembang. Di Gunung Batu Lembang ini terkenal dengan sunrise dan juga kita bisa melihat keindahan Lembang dan Kota Bandung dari ketinggian 1.228 mdpl. Sesampainya di puncak pemandangan ke semua arah dari puncak gunung ini memang menakjubkan. Ketika melihat ke arah utara tampak Gunung Burangrang (2064 m), Gunung Tangkuban Parahu (2086 m), dan Gunung Putri (1338 m). Saat menatap ke arah timur terlihat Gunung Bukittunggul (2206 m), Gunung Palasari (1856 m). Di kejauhannya ada Gunung Manglayang (1850 m) dan Pangparang (1957 m). Bila memandang ke timur tampak gawir patahan Lembang yang semakin tinggi.
Gunung Batu adalah bagian dari Patahan Lembang yang merupakan salah satu sesar yang menjadi obyek riset LIPI yang merupakan retakan sepanjang 22 kilometer, melintang dari timur ke barat. Berawal di kaki Gunung Manglayang di sebelah timur dan menghilang sebelum kawasan perbukitan kapur Padalarang di bagian barat. Patahan itu tepat di antara Gunung Tangkubanparahu dan dataran Bandung sehingga membentuk dua blok, utara dan selatan. ”Tembok” itu membentengi pemandangan orang di utara ke arah selatan. Gerakan blok batuan itulah yang mengirim gempa.
Pada tahun 2008 LIPI pernah menggali tanah di Lembang, hasilnya, diketahui jejak gerakan gempa 3.000 tahun terakhir.Selama itu telah terjadi tujuh kali pergerakan besar Sesar Lembang.Rekaman tersebut diketahui dari lapisan tanah bekas sagpond (areal rawa yang tercipta akibat pergerakan patahan). Namun, belum diketahui mekanisme pergerakan Patahan Lembang akibat lambannya laju pergerakan sesar, 2 milimeter-5 milimeter per tahun. ”Periode kegempaan di Patahan Lembang pun terbilang sangat lama, yaitu 400-700 tahun. Jadi tidaklah mengherankan jika tidak ada catatan sejarah yang menunjukkan keaktifan sesar yang membentang Manglayang-Parongpong, Lembang. Menurut Brian Atwater, paleoseismolog dari United States Geological Survey (USGS), ancaman bencana Patahan Lembang termasuk kategori kelas dunia karena patahan itu berada di dekat kawasan kota yang sangat padat. Hal yang jarang terjadi di dunia. Di lokasi terlihat, di sekitar patahan itu telah berdiri banyak perumahan dan vila mewah. Kawasan Observatorium Bosscha yang menjadi warisan astronomi dunia juga dilintasi patahan ini. Jika patahan sepanjang 22 km ini bergerak sekaligus, gempa yang dihasilkan bisa mencapai 6,7 skala Richter.
Di luar ancaman patahan tersebut, ada sisi lain yang bisa dinikmati di Gunung batu ini. Yang membuat gunung ini unik adalah bentuknya yang berbeda dengan gunung lain yang biasanya ditutupi oleh tanah dan banyak pepohonan. Keunikan lainnya jika kamu berada di puncak Gunung Batu ini maka kamu akan bisa melihat pemandangan gunung lain seperti Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Parahu, dan Gunung Putri yang berada di utara dan jika kamu melihat ke arah timur maka kamu akan melihat Gunung Bukittunggul & Gunung Palasari.
Gunung Batu ini terletak di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang. Untuk mencapai lokasi ini kamu bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Jalan raya yang besar dan cukup bagus akan menemani perjalanan kamu. Namun saat sampai di jalan desa jalanan akan sedikit menanjak dan kurang mulus, perlu kehati-hatian dalam berkendara saat memasuki pemukiman warga yang jalannya rusak dan bolong-bolong. Untuk mencapai lokasi ini bila kamu dari arah Kota Bandung adalah dengan melewati terminal Lembang lalu bertolaklah menuju Jalan Maribaya atau Desa Buni Asih karena Gunung Batu ini terletak tak jauh dari sana. Rute ini lebih enak bagi wisatawan yang datang dari arah Subang. Bisa juga dari arah Dago, dengan mengkuti jalan IR.H.Djuanda sampai ke pertigaan Dago Giri dan Dago Pakar, ambil jalan yang menuju ke Dago Giri. Pengalaman pertama saya ke puncak Gunung Batu, saya di ajak teman saya untuk melewati rute ini. Jalannya bagus kok hanya terus naik, namanya juga menuju puncak. Sepnajang rute Dago Giri menuju Gunung Batu ada 3 tanjakan yang lumayan menyiksa. Beruntung sekarang kondisi aspal sedang bagus, jadi kendaraan bisa lancar menanjak. Beberapa bulan lalu, tanjakan ini masih banyak lobang, jadi agak ngeri misal kendaraan mengerem di tanjakan karena harus bergiliran masuk dengan yang lawan arah. Namun kalian tidak perlu khawatir, ini adalah tanjakan terakhir, beberapa saat lagi akan sampai di Jalan Buniwangi, yang artinya sudah dekat dengan Gunung Batu. Oiya, jika bingung, saat melalui tanjakan ini kalian tinggal lihat sebelah kiri sudah tampak punggung dari Gunung Batu nya.
Setelah melewati tempat yang bernama Keboen Jeroek, akan menemui jalan turunan yang sedikit berbelok kekanan, dari sana akan ada jalan cabang ke arah kiri yang harus menikung patah karena persatuan jalannya berbentuk “Y”. Ambil jalan yang ke kiri, dan jalan ini bernama Jalan Buniwangi. Sekitar 200 meter lagi akan sampai di kaki Gunung Batu. Setelah mencapai di lokasi dari kaki Gunung Batu ini maka yang harus dilakukan adalah dengan cara hiking dan menanjak sekitar 100 meter menuju puncak. Gunung batu atau Patahan lembang tidak terlalu tinggi, tingginya hanya bekisar 1300 mdpl, pendakian dari jalan Buniwangi menuju puncaknya hanya butuh waktu sekitar 10-15 menit saja. Sesampainya di kaki gunung, saya agak kebingungan karena tidak ada lahan parkir khusus. Teman saya sarankan untuk terus menaikkan motor saya sampai ke pertengahan bukit.
Leave a reply