Jika berkesempatan ke Bau-bau, Sulawesi Tenggara, jangan lupa mampir ke Benteng Keraton. Ini salah satu peninggalan sejarah di kota Bau-bau, ibukota kabupaten Buton. Benteng ini berupa tumpukan batu aja lo dan awalnya dibangun mengelilingi lingkungan kerajaan Buton.
Menurut sejarah, tujuan awalnya untuk membatasi kompleks istana kerajaan dengan perumahan penduduk. Sekaligus juga sebagai benteng pertahanan. Lalu, di masa pemerintahan Sultan Bulton IV bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng dari batu inipun dijadikan bangunan permanen.
Nah, sampai sekarang benteng ini masih tegak berdiri. Untuk menuju ke puncak benteng, kita mesti melewati jalan berkelok dan semakin keatas. Kalau sudah ada di tempat teratas, kita bisa lihat dengan jelas kota Bau-bau, sampai ke laut lepasnya. Indah banget!
Untuk mengelilingi benteng ini, sebaiknya sih naik kendaraan. Bukan menganjurkan gengsi jalan kaki loh, cuma karena benteng ini luaaass banget. Ngga tanggung-tanggung, karena benteng ini masuk rekor MURI dan Guinness Book of World Record tahun 2006 sebagai benteng terluas di dunia. Luasnya, hmmm.. 23.375 hektar! Wow, luas banget kan. Kebayang dong gimana kalo jalan kaki, hehehe..
Di sepanjang benteng itu, terdapat pintu-pintu yang menghubungkan wilayah kerajaan dengan permukiman penduduk. Meski sudah berusia tua, benteng ini tetap berdiri kokoh. Di setiap pintu benteng, ada meriam-meriam yang masih cukup terawat.
Akses
Untuk menuju benteng Keraton di kota Bau-bau ini, bisa dijangkau dengan kapal laut atau pesawat. Dari Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara, waktu tempuh dengan pesawat sekitar satu jam, sementara dengan kapal sekitar 4 jam. Jika menggunakan pesawat, setibanya di bandara Betoambari, Bau-bau, hanya butuh sekitar 30 menit saja ke benteng ini. Sejumlah penginapan juga tersedia sepanjang jalan dari arah bandara hingga ke arah pantai. Semuanya bisa diakses dengan mudah karena Bau-bau termasuk kota kecil.
Pas banget kalo banyak dibilang, belum ke Bau-bau kalo belum ke Benteng Keraton
Leave a reply