Bagi masyarakat tradisional, sumberdaya kebudayaan hayati penting tidak hanya untuk pangan dan pengobatan, tapi juga untuk kehidupan budaya mereka. Di negara Indonesia banyak sekali kita temui kearifan lokal yang berasal dari kebudayaan hayati, baik itu flora maupun fauna. Tumbuhan dan hewan mempunyai makna tersendiri dalam kehidupan sehari hari. Misalnya, suatu kultivar kelapa kuning tertentu digunakan dalam upacara menandai kehamilan bulan ketujuh, tapi jenis kelapa lain dengan kulit sekam berasa manis digunakan untuk membuat rujak.
Demikian pula hanya telur ayam kampung yang bisa digunakan sebagai campuran jamu atau dalam upacara upacara yang diadakan oleh para dukun untuk menghalau roh jahat. Memang, hewan mempunyai peranan penting dalam masyarakat kesukuan di Indonesia, sampai sampai kepemilikan atas jenis turunan tertentu menjadi syarat bagi kedudukan sosial yang baik.
Sebagai contoh, salah satu ukuran status sosial tradisional diantara pria dan kaum ningrat Jawa adalah kepemilikan burung kukila. Kukila itu berarti manggung atau manuk anggung-anggungan. Bahkan sejak Juni 1990 burung perkutut dijadikan maskot Propinsi DIY. Berbagai daerah di Indonesia mempunyai hewan bernilai tinggi di masing masing tempat. Burung burung penyanyi merupakan kegemaran di banyak daerah di Jawa Tengah. Di Madura, burung bekisar amat diminati sementara di Jawa Barat ayam pelung adalah primadona.
Di Sumatera dan Kalimantan, bulu burung rangkong sering digunakan untuk hiasan dan penutup kepala. Bulu bulu hitam dan putih dari rangkong badak digunakan untuk membuat jubah bulu bagi para lelaki beberapa suku ketika melakukan tarian perang. Rangkong adalah burung yang penting di seluruh Kalimantan. Suku suku Kenyah, Kayan, dan Ngadju semuanya menggambarkan Rangkong ini pada bagian kepala pohon kehidupan.
Banyak hewan yang mempunyai nilai penting pada upacara. Di Toraja, kerbau dikorbankan pada pesta penguburan untuk mengiringi roh orang yang meninggal. Suku suku Dayak mempunyai ilmu nujum burung yang rumit. Banyak suku menghormati hewan hewan tertentu yang mereka percayai sebagai simbol atau totem suku tersebut.
Masyarakat Asmat di Papua percaya bahwa mereka berkerabat dengan belalang kacung dan dihuni oleh jiwanya. Kepercayaan yang sama membuat para nelayan Bajau tidak mau membunuh penyu laut. Bayak suku di Klaimantan, termasuk masyarakat Pokok-Murut percaya mereka berasal dari telur seekor burung raksasa. Begitulah keanekan ragaman kebudayaan hayati di negara kita tercinta ini.
Leave a reply